Selasa, 02 September 2008

Coret-coretan


Sekilas Sejarah Perkeretaapian di Indonesia



Awal dari sejarah perkeretaapian di Indonesia adalah sebuah prosesi upacara pencangkulan pertama (kalau sekarang peletakan batu pertama) pembangunan Jalur rel kereta api di desa Kemijen, sebuah desa di Jawa Tengah pada tanggal 17 Juni 1864 oleh Gubernur Jenderal Hindia Belanda, Mr. L.A.J Baron Sloet Van Den Beele. Jalur rel kereta api yang dibangun ini menghubungkan desa Kemijen dengan desa Tanggung sejauh 26 Km. Pelaksana pembangunan jalur rel kereta api ini adalah sebuah perusahaan swasta kereta api Belanda bernama Naamlooze Venootschap Nederlandsch Indische Spoorweg Maatschappij" (NV. NISM) yang dipimpin oleh seorang insinyur bernama J.P de Bordes. Jalur rel kereta api ini dibuka untuk umum pada tanggal 10 Agustus 1867, yang kemudian berkembang seiring permintaan masyarakat pengguna jasa dan akhirnya pada tangal 10 Pebruari 1870 menjadi penghubung kota Semarang dan kota Surakarta dengan lintasan rel sejauh 110 Km.
Sukses pembukaan jalur kereta api oleh NV. NISM ini akhirnya menarik investor-investor lain untuk menanamkan modalnya dalam pembangunan jalur-jalur kereta api di daerah lainnya. Hal ini terlihat dari perkembangan panjang lintasan rel kereta api sejauh 405 Km pada tahun 1880, kemudian berkembang lagi menjadi 1.427 Km pada tahun 1890 dan pada tahun 1900 menjadi 3.338 Km. Jumlah jalur rel kereta api ini termasuk pembangunan jalur-jalur rel kereta api di luar Jawa seperti di Aceh yang di bangun pada tahun 1874, Sumatera Utara tahun 1886, Sumatera Barat pada tahun 1891 dan sumatera Selatan tahun 1914. Bahkan di pulau Sulawesi-pun juga telah dibangun jalur rel kereta api sepanjang 47 Km yang menghubungkan kota Ujung Pandang dan Kota Takalar yang mulai dioperasikan pada tanggal 1 Juli 1923, sedangkan jalur Ujung Pandang ke Maros tidak sempat diselesaikan pembangunannya. Untuk daerah-daerah lainnya sudah direncanakan pembangunannya seperti dengan dilakukannya studi pembangunan jalur rel kereta api yang menghubungkan kota Pontianak dan kota Sambas sejauh 220 Km, serta pembangunan jalur kereta api di Bali dan Lombok.
Berpindahnya kekuasaan Belanda ke tangan tentara Jepang di Indonesia membawa pengaruh yang cukup besar terhadap perkembangan transportasi kereta api khususnya pada sarana dan prasarana yang telah di bangun pada masa pendudukan Belanda. Sebagai gambaran, total panjang lintasan rel kereta api di Indonesia sampai dengan tahun 1939 adalah 6.811 Km, namun pada tahun 1950 panjang jalur rel kereta api berkurang menjadi 5.910 Km. Berarti sekitar 900 Km rel kereta api raib pada periode tahun tersebut. Diperkirakan pada masa pendudukan tentara Jepang rel-rel tersebut dbongkar oleh tentara Jepang untuk dipindahkan ke Negara Asia lain yang diduduki tentara Jepang seperti Burma. Namun, masa pendudukan tentara Jepang di Indonesia tidak hanya diwarnai pencurian rel kereta api saja, mereka juga membangun jalur rel kereta api baru yaitu jalur Bayah – Cikara sepanjang 83 Km serta jalur kereta api Muaro – Pekanbaru sepanjang 220 Km yang memakan banyak korban para pekerja romusha karena jalur ini melewati wilayah-wilayah berhutan lebat, rawa-rawa serta sungai yang berarus deras.
Sedangkan awal sejarah pengelolaan transportasi kereta api oleh bangsa kita sendiri adalah pada tanggal 28 September 1945 dengan pengambilalihan kekuasaan perkeretaapian dari tentara Jepang oleh karyawan-karyawan Kereta Api yang tergabung dalam Angkatan Moeda Kereta Api (AMKA). Peristiwa pengambilalihan ini ditandai dengan pembacaan pernyataan sikap oleh seorang pemuda bernama Ismangil dengan dukungan anggota AMKA lainnya yang menyatakan bahwa mulai tanggal 28 September 1945 kekuasaan perkeretaapian berada di tangan bangsa Indonesia. Orang Jepang tidak diperkenankan lagi campur tangan dengan urusan perkeretaapian di Indonesia. Pada tanggal itu pula dibentuklah Djawatan Kereta Api Republik Indonesia (DKARI), dan tanggal itu pulalah yang ditetapkan oleh Pemerintah sebagai Hari Kereta Api di Indonesia.
Setelah tanggal itu mulailah sejarah transportasi kereta api dikelola oleh bangsa kita sendiri. Pada tanggal 15 September 1971 Perusahaan Negara Kereta Api (PNKA) berubah menjadi Perusahaan Jawatan Kereta Api (PJKA), kemudian pada tanggal 2 Januari 1991 berubah lagi menjadi Perusahaan Umum Kereta Api (PERUMKA) dan selanjutnya berubah lagi menjadi PT. Kereta Api Indonesia (PT. KAI) dan akhirnya sekarang menjadi PT. Kereta Api (Persero). Satu hal yang menjadi catatan untuk periode pengelolaan transportasi setelah kemerdekaan RI ini adalah kebijakan untuk fokus pengelolaan pada jalur-jalur kereta api di pulau Jawa saja. Hampir semua jalur rel kereta api di luar Jawa tidak dioperasikan. Saat ini hanya jalur Kereta Api di Sumatera Barat dan Sumatera Selatan saja yang masih beroperasi. Bahkan terdapat beberapa jalur-jalur rel kereta api di pulau Jawa yang sudah tidak dioperasikan, sehingga total panjang rel kereta api yang dioperasikan saat ini mungkin berkurang banyak dari jumlah yang ada pada jaman pendudukan Belanda. Namun, periode paska kemerdekaan juga diwarnai dengan beberapa pembangunan sarana dan prasarana kereta api antara lain pembangunan jalur KRL Jabotabek untuk menyediakan mass rapid transportastion bagi komuter-komuter dari Bogor, Bekasi, dan Tangerang yang setiap hari bekerja di kota Jakarta, penyediaan gerbong-gerbong serta lokomotif berbagai kelas yang melayani jalur utara dan selatan pulau Jawa, serta peningkatan kualitas jalur kereta api di pulau Jawa oleh Pemerintah antara lain dengan pembangunan jalur double track dan double-double track di jalur utama kereta api di pulau Jawa.
Dengan sejarah yang sangat panjang, dari tahun ke tahun angkutan kereta api selalu menjadi favorit masyarakat Indonesia untuk mengantar ke tempat tujuan bepergian. Seharusnya pengalaman yang cukup banyak ini bisa menjadi modal bagi Pemerintah untuk bisa membangun perkeretaapian Indonesia yang lebih modern dan bisa menjawab tuntutan kebutuhan masyarakat. Pemerintahpun saat ini telah membentuk Direktorat Jenderal Perkeretaapian yang diharapkan menjadi titik awal paradigma baru pengelolaan transportasi kereta api di Indonesia. (Wasis)